Angkasa Pura

Transformasi Besar GMFI: Aksi Inbreng Rp5,6 Triliun Perkuat Sinergi Garuda dan Angkasa Pura

Transformasi Besar GMFI: Aksi Inbreng Rp5,6 Triliun Perkuat Sinergi Garuda dan Angkasa Pura
Transformasi Besar GMFI: Aksi Inbreng Rp5,6 Triliun Perkuat Sinergi Garuda dan Angkasa Pura

JAKARTA - Transformasi besar sedang berlangsung di industri aviasi nasional melalui langkah strategis yang dilakukan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI). Emiten yang bergerak di bidang perawatan pesawat ini resmi menggelar aksi korporasi berupa rights issue atau Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).

Dalam aksi korporasi tersebut, GMFI menerbitkan sebanyak 124,26 miliar lembar saham Seri B dengan nilai nominal Rp25 per saham. Melalui mekanisme ini, GMFI menerima penyetoran modal non-tunai (inbreng) dari PT Angkasa Pura Indonesia (API) berupa lahan strategis di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Luas lahan yang disetorkan mencapai 972.123 meter persegi dan mencakup area operasional utama GMFI, mulai dari Hanggar 1 hingga Hanggar 4. Nilai aset yang di-inbreng oleh Angkasa Pura Indonesia tersebut mencapai Rp5,66 triliun dan menjadi tonggak penting dalam penguatan fondasi bisnis GMFI.

Saat ini, pengendali utama GMFI masih berada di tangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dengan porsi kepemilikan 91,17% atau sekitar 34,24 miliar saham. Namun, setelah aksi korporasi ini, porsi kepemilikan saham API akan meningkat hingga 70%.

Kendati demikian, Direktur Utama GMFI, Andi Fahrurrozi, menegaskan bahwa pengendali utama perusahaan tetap berada di bawah Garuda Indonesia. Ia menilai langkah penambahan modal melalui inbreng ini bukan semata transaksi finansial, melainkan bagian dari transformasi menyeluruh GMFI menuju kinerja yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Fondasi Baru GMFI: Modal Kuat, Struktur Sehat, dan Arah Bisnis Global

Andi Fahrurrozi menjelaskan bahwa aksi korporasi ini menjadi pondasi strategis bagi masa depan GMFI. “Dengan memiliki aset strategis dan struktur permodalan yang lebih kuat, GMFI siap memperluas kapasitas bisnis, memperkuat kemandirian operasional, serta memperkokoh posisinya sebagai MRO terintegrasi yang andal di tingkat global,” ujarnya.

Penyertaan aset dari Angkasa Pura Indonesia ini diharapkan membuat struktur keuangan GMFI lebih sehat. Berdasarkan proyeksi manajemen, ekuitas perusahaan yang sebelumnya negatif sebesar US$248,99 juta akan berbalik positif menjadi US$102,87 juta.

Perubahan ini menandai titik balik penting bagi GMFI setelah beberapa tahun menghadapi tekanan akibat pandemi dan beban restrukturisasi industri penerbangan nasional. Aset strategis di Soekarno-Hatta menjadi langkah konkret untuk memperkuat basis operasional dan menambah nilai ekonomi jangka panjang bagi perusahaan.

Menurut Andi, penyertaan modal dari API merupakan bagian integral dari program restrukturisasi Garuda Indonesia yang telah disetujui pemerintah. Ia menambahkan bahwa langkah ini juga menjadi simbol integrasi antara GMFI dan ekosistem aviasi nasional di bawah koordinasi Angkasa Pura Indonesia.

Sinergi tersebut diharapkan mampu menciptakan rantai pasok aviasi yang efisien dan berdaya saing tinggi. Dengan pengelolaan aset terintegrasi, GMFI dapat memperluas jangkauan layanannya ke pasar internasional dan memperkuat posisi Indonesia di industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) global.

Selain memperkuat aset, GMFI berencana mengoptimalkan pemanfaatan lahan hasil inbreng untuk perluasan fasilitas pemeliharaan dan pengembangan hanggar baru. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perawatan pesawat hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Kinerja Moncer dan Prospek Cerah Menuju Akhir Tahun

Meski tengah menjalani proses transformasi besar, kinerja GMFI hingga kuartal III-2025 terbilang solid. Hingga akhir September 2025, perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan sekitar US$307,13 juta atau setara Rp5,09 triliun.

Angka ini sudah melampaui 100% dari target pendapatan untuk periode September, dan mencerminkan sekitar 75% dari target keseluruhan hingga akhir tahun. “Di mana itu sudah lebih dari 100% target pada September. Kalau dibandingkan dengan akhir tahun, itu sudah sekitar 75% target,” ujar Andi.

Tak hanya itu, laba bersih GMFI hingga akhir September 2025 juga mencapai US$20 juta atau sekitar Rp332,08 miliar. Hasil ini menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan operasional perusahaan yang semakin stabil setelah masa pemulihan pasca-pandemi.

Manajemen GMFI menargetkan hingga akhir tahun 2025, pendapatan dapat menembus angka US$437 juta atau sekitar Rp7,26 triliun. Sementara itu, laba bersih ditargetkan mencapai US$27 juta atau sekitar Rp448,62 miliar, naik sekitar 5% dibandingkan target tahun sebelumnya.

Andi menegaskan, pihaknya optimistis target tersebut tidak hanya tercapai, tetapi juga berpotensi terlampaui. “Tapi itu akhirnya optimis bahwa target revenue dan net profit akan kita capai dan melebihi dari target yang diberikan di tahun ini,” katanya.

Optimisme ini diperkuat oleh peningkatan permintaan jasa MRO baik dari maskapai nasional maupun internasional. GMFI terus memperluas segmen layanan, termasuk pemeliharaan komponen dan engine overhaul untuk berbagai tipe pesawat modern.

Selain memperkuat pasar domestik, GMFI juga mulai menembus pasar global melalui kerja sama dengan perusahaan penerbangan asing. Potensi ekspor jasa MRO menjadi salah satu strategi utama dalam mengakselerasi pertumbuhan pendapatan berkelanjutan.

Integrasi Ekosistem Aviasi: Sinergi untuk Ketahanan Industri Penerbangan Nasional

Langkah strategis GMFI bersama Angkasa Pura Indonesia menjadi bagian dari transformasi menyeluruh industri penerbangan nasional. Sinergi ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekosistem aviasi Indonesia agar lebih kompetitif secara global.

Dengan dukungan Garuda Indonesia sebagai induk, serta pengelolaan aset oleh Angkasa Pura, GMFI berada di posisi ideal untuk menjadi pusat perawatan pesawat terintegrasi di kawasan Asia Tenggara. Kolaborasi ini juga membuka peluang pengembangan lini bisnis baru yang berbasis efisiensi dan inovasi teknologi.

Selain memperkuat kinerja finansial, sinergi ini membawa dampak positif terhadap keberlanjutan industri penerbangan nasional. Aset hasil inbreng akan digunakan untuk peningkatan kapasitas operasional, efisiensi logistik, serta optimalisasi infrastruktur perawatan pesawat yang lebih modern.

Dalam jangka panjang, kolaborasi ini akan menciptakan nilai tambah ekonomi yang signifikan bagi negara. GMFI tidak hanya menjadi penyedia layanan MRO, tetapi juga mitra strategis dalam mewujudkan kemandirian industri penerbangan Indonesia.

Andi menegaskan, penguatan fundamental bisnis melalui integrasi dengan API menjadi bukti keseriusan perusahaan untuk menjaga momentum pemulihan. “Langkah ini bukan hanya tentang angka, tetapi tentang membangun masa depan industri aviasi yang lebih kuat dan berdaya saing,” pungkasnya.

Dengan langkah besar ini, GMFI memasuki babak baru yang menjanjikan. Sinergi dengan Angkasa Pura Indonesia membuka peluang bagi efisiensi operasional, ekspansi bisnis global, serta penguatan ekosistem penerbangan nasional yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index