Masalah Kesehatan

Kebiasaan Mengunyah Es Batu Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius

Kebiasaan Mengunyah Es Batu Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius
Kebiasaan Mengunyah Es Batu Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius

JAKARTA - Pernahkah kamu merasa tidak puas jika belum mengunyah es batu setelah minum dingin? Kebiasaan ini sering dianggap hal kecil, padahal bisa menjadi sinyal tubuh sedang menghadapi masalah kesehatan tertentu.

Beberapa orang bahkan memiliki dorongan kuat untuk terus mengonsumsi es batu setiap hari tanpa bisa menghentikannya. Meskipun tampak sepele, kondisi ini dikenal dalam dunia medis sebagai pagophagia, salah satu bentuk gangguan makan yang perlu diwaspadai.

Pagophagia merupakan bagian dari gangguan pica, yaitu keinginan untuk mengonsumsi benda yang tidak memiliki nilai gizi seperti tanah, sabun, atau es batu. Mereka yang mengalami kondisi ini bisa menghabiskan satu baki es batu dalam sehari, terutama saat stres.

Kebiasaan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor psikologis semata, tetapi juga berkaitan erat dengan kondisi tubuh yang kekurangan zat tertentu. Karena itu, memahami penyebab di balik keinginan mengunyah es batu sangat penting untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Penyebab Umum di Balik Keinginan Mengunyah Es Batu

Meski terdengar aneh, dorongan untuk mengunyah es bisa menjadi tanda tubuh sedang berusaha memberi sinyal akan adanya ketidakseimbangan. Beberapa faktor medis terbukti berperan besar dalam munculnya kebiasaan ini.

Berikut beberapa penyebab yang perlu kamu ketahui agar tidak menyepelekan tanda kecil dari tubuhmu sendiri.

1. Dehidrasi

Ngemil es batu memang terasa menyegarkan, apalagi saat cuaca panas. Namun, jika kamu terus merasa ingin mengunyah es, bisa jadi tubuh sedang kekurangan cairan.

Tubuh yang dehidrasi akan mencari cara untuk mendapatkan sensasi segar melalui es batu. Solusinya, penuhi kebutuhan air putih setiap hari agar dorongan itu berkurang.

2. Kekurangan Nutrisi

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa keinginan makan es bisa menandakan kekurangan mineral penting seperti zinc dan kalsium. Kedua nutrisi ini berperan dalam menjaga metabolisme dan membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

Ketika tubuh kekurangan mineral, otak bisa mengirimkan sinyal salah berupa keinginan mengunyah es. Walau es tidak memberikan nutrisi apapun, tubuh tetap berusaha mengatasinya dengan cara tersebut.

3. Anemia Defisiensi Besi

Zat besi penting untuk produksi sel darah merah yang sehat. Kekurangannya bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, di mana tubuh tidak memiliki cukup oksigen untuk disalurkan ke jaringan.

Salah satu tanda khas anemia adalah munculnya keinginan mengunyah es secara intens. Selain itu, penderita anemia sering mengalami kelelahan, pusing, sakit kepala, dan warna kebiruan pada bagian putih mata.

4. Kehamilan, Menstruasi, dan Menyusui

Wanita yang sedang hamil, menstruasi, atau menyusui lebih rentan mengalami kekurangan zat besi. Kondisi ini terjadi karena tubuh kehilangan darah dan membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk mendukung proses biologisnya.

Tidak heran jika pada masa-masa tersebut, sebagian wanita memiliki dorongan kuat untuk mengunyah es batu. Hal ini menjadi salah satu cara tubuh memberi sinyal bahwa kadar zat besi sedang menurun.

5. Gangguan Pica

Pica adalah gangguan makan di mana seseorang mengonsumsi benda yang bukan makanan, termasuk es batu. Saat es menjadi objek utama, kondisi ini disebut pagophagia.

Penderita pica bisa mengonsumsi es dalam jumlah besar setiap hari dan kebiasaannya cenderung memburuk saat stres meningkat. Pola makan seperti ini tidak hanya tidak sehat, tetapi juga berisiko merusak gigi dan sistem pencernaan.

6. Gangguan Emosional

Dorongan untuk mengunyah es juga bisa dipicu oleh stres emosional atau gangguan mental seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Ketika seseorang merasa tertekan, tubuh mencari mekanisme penenang untuk mengalihkan kecemasan.

Sayangnya, mengunyah es hanya memberikan kenyamanan sesaat dan bisa berkembang menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan. Karena itu, penting untuk mengenali akar emosional di balik perilaku ini.

Dampak Kesehatan Akibat Kebiasaan Mengunyah Es Batu

Meski tidak terlihat berbahaya, kebiasaan mengonsumsi es batu terus-menerus dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Jika dilakukan tanpa kendali, efeknya bisa terasa dari gigi hingga sistem pencernaan.

Berikut beberapa dampak yang perlu kamu waspadai jika terlalu sering mengunyah es batu.

1. Gigi Berlubang dan Enamel Rusak

Mengunyah es batu bisa menyebabkan kerusakan enamel, lapisan pelindung pada gigi. Ketika enamel terkikis, gigi menjadi lebih sensitif terhadap suhu dan mudah berlubang.

Kondisi ini juga bisa memicu nyeri gigi dan membuat struktur gigi lebih rapuh. Jika dibiarkan, risiko infeksi gusi dan kerusakan permanen pun meningkat.

2. Nyeri dan Ketegangan Rahang

Kebiasaan mengunyah benda keras seperti es batu memberikan tekanan besar pada otot rahang. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit, ketegangan otot, hingga gangguan sendi rahang atau TMJ.

Rasa nyeri yang muncul bisa mengganggu aktivitas sehari-hari seperti makan dan berbicara. Oleh sebab itu, kebiasaan ini sebaiknya dihentikan sebelum menyebabkan masalah lebih serius.

3. Gangguan Pencernaan

Tidak semua es batu dibuat dari air bersih. Jika berasal dari sumber air yang tidak higienis, es batu bisa membawa bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan.

Akibatnya, kamu bisa mengalami gejala seperti mual, diare, dan muntah. Terutama jika daya tahan tubuh sedang lemah, risiko ini akan meningkat drastis.

Cara Mengatasi Pagophagia Berdasarkan Penyebabnya

Mengetahui penyebab pagophagia adalah langkah awal untuk menghentikan kebiasaan ini. Penanganan medis dan psikologis bisa dilakukan sesuai kondisi yang mendasarinya.

Jika pagophagia disebabkan oleh anemia defisiensi besi, maka mengatasi kekurangan zat besi akan membantu meredakan dorongan mengunyah es. Namun, konsumsi suplemen besi tidak boleh dilakukan tanpa saran dokter karena bisa menyebabkan penumpukan zat besi berlebih dalam tubuh.

Dokter biasanya akan memeriksa kadar zat besi sebelum menentukan dosis suplemen yang aman. Dengan pengawasan medis, kondisi ini dapat dikendalikan dengan efektif dan aman.

Selain pengobatan medis, terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) juga bisa membantu. Terapi ini membantu penderita mengenali pola pikir dan perilaku yang memicu keinginan mengunyah es, kemudian menggantinya dengan kebiasaan yang lebih sehat.

Dengan dukungan profesional, penderita dapat belajar mengelola stres dan kecemasan tanpa bergantung pada kebiasaan tersebut. Pendekatan ini terbukti efektif terutama bagi mereka yang mengalami pagophagia karena gangguan emosional.

Jangan Remehkan Sinyal Kecil dari Tubuhmu

Mengunyah es batu memang terasa menyenangkan dan menyegarkan, tetapi bila dilakukan terus-menerus, bisa menjadi tanda ada sesuatu yang salah dalam tubuh. Kebiasaan ini bukan sekadar hobi, melainkan bentuk komunikasi tubuh terhadap kekurangan nutrisi atau stres emosional.

Jika kamu atau orang di sekitarmu memiliki dorongan kuat untuk terus mengunyah es, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. Deteksi dini dapat membantu menemukan penyebab utamanya dan mencegah dampak yang lebih serius di kemudian hari.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index